Honzuki no Gekokujou Volume 1 Chapter 12 Bahasa Indonesia – Rasa Manis di Musim Dingin Bahasa Indonesia
Honzuki no Gekokujou: Shisho ni Naru Tame ni wa Shudan wo Erandeiraremasen
Volume 1 Chapter 12 Bahasa Indonesia – Rasa Manis di Musim Dingin
Rasa Manis di Musim Dingin
Translator : Wabbaj4ck
Profreader : Another Chan
“Cerah! Ayah, langitnya cerah! Ayo, bangunlah! Myne!” Suara Tuuli yang bersemangat bergema di dalam kamar yang gelap dan aku segera terbangun.
Ada badai salju yang turun dalam beberapa hari ini, tapi ketika bangun tidur aku melihat cahaya matahari menyinari melalui lubang pintu jendela kami. Wooow. Lama tak jumpa, Matahari.
Tuuli melompat dari tempat tidur dengan bersemangat dan membuka tutup jendela tanpa mempedulikan betapa dinginnya di luar sana. Sebuah langit biru tak berawan terlentang ke seluruh arah dan kota yang diselimuti salju bersinar di bawahnya.
“Lihat, cuaca sangat bagus. Kau libur hari ini, kan Yah? Kita harus bergegas!”
“Iya, iya.” Ayah, setelah mengerutkan wajahnya karena sinar matahari mengenai wajahnya, turun dari tempat tidur.
Semua yang terjadi selanjutnya berlangsung sangat cepat. Tuuli dan Ayah menelan makanan sarapan mereka, menyiapkan beberapa barang, dan kemudian bergegas keluar. Aku baru saja sampai di meja makan ketika Tuuli keluar dari pintu, mengenakan baju hangat sebanyak mungkin.
“Da da, Myne. Kita akan kembali membawa Parue yang banyak!”
Aku melambaikan tangan sambil mengedip dalam kebingungan. Um…. Parue? Apa-apaan itu? Aku mencari di dalam ingatan Myne dan sadar bahwa itu adalah buah yang mempunyai jus manis yang rasanya sangat enak. Tuuli bilang dia akan membawa pulang beberapa, aku tidak tahu bagaimana dia akan melakukan itu.
“Ini sarapanmu, Myne. Aku harus mencuci baju. Mereka berdua akan membawa Parue untuk kita, jadi aku akan sibuk sepanjang siang ini.
Ibu memotong roti yang tidak bisa kupotong sendiri dan mencelupkannya kedalam sup. Roti yang dipanggang hingga mengeras dan hitam untuk mencegah jamur dan sup sisa semalam ditambah dengan susu adalah sarapan normal kami.
Sebelum aku bisa naik ke atas kursi, Ibu mengumpulkan pakaian kotor yang telah menumpuk selama badai salju dan pergi meninggalkan rumah. Aku duduk di dapur yang sepi dan mengunyah sarapanku sendirian. Ketika selesai, aku mulai membuat keranjang, satu-satunya kegiatan yang kubisa dan dipuji oleh semua orang.
Ayah dan Tuuli pasti sudah tahu kapan ibu akan pulang ke rumah, karena mereka kembali dengan senyuman lebar ketika ibu telah menyiapkan makan siang. Sepertinya misi mereka sukses.
“Kami pulang, Ibu, Myne. Kita mendapatkan 3 Parue!”
“Selamat datang, kalian berdua. Fantastis. Semua piring sudah ku siapkan.” Ibu menunjuk ke arah mangkuk yang tinggi dan pergi mengambil kayu kering yang tipis dari ruang penyimpanan, kayu yang biasanya digunakan untuk membuat api.
Tuuli menggunakan itu untuk membuat api di perapian dan menusuk parue di atas mangkuk. Ketika dia melakukan itu, lapisan luar buah itu muncrat keluar mengelilingi tangannya dan mengeluarkan jus putih yang kental.
“Wow. Baunya sangat enaaaak!”
Aroma manis memenuhi rumah kami sembari jus buah itu perlahan-lahan memenuhi mangkuk. Aku menelan ludahku, ini pertama kalinya aku mencium bau yang enak selama beberapa hari ini. Ini pasti akan menjadi kenangan yang indah.
Tuuli memegang mangkuknya, memastikan tidak ada jus yang tumpah, dan Ayah menggunakan alat penekan untuk menghancurkan jus buah itu.
“Buah Parue sangat hebat” Tuuli menjelaskan padaku. “Jus mereka sangat manis dan enak, dan kau bisa dapatkan minyak juga dari mereka. Bahkan sisa buahnya bisa digunakan untuk jadi makanan binatang. Kita tidak punya binatang, jadi kita bawa ke rumah Lutz dan menukarnya dengan telur.”
“Aku yakin banyak orang yang berebutan demi mendapatkan mereka.”
“Uh huh. Kau hanya bisa menemukan mereka ketika sedang bersalju dan cuaca cerah seperti hari ini, jadi banyak warga kota yang langsung pergi ke hutan di pagi hari. Semua orang ingin memiliki sebanyak yang mereka bisa. Tapi untuk mengambil Parue sangat susah.”
“Susah bagaimana?”
Tuuli menusuk lubang satu lagi ke buah Parue yang ke dua dengan menggunakan kayu tipis dan sekali lagi menuangkan jusnya ke dalam mangkuk. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menahan mangkuknya agar tidak jatuh.
“Untuk mengambil Parue dari pohonnya, kau harus menghangatkan ranting yang menahan buahnya, tapi kau tidak bisa menggunakan api ketika memanjat pohonnya. Kekuatan spesial pohon itu akan mematikan api itu. Jadi kau harus melepaskan sarung tanganmu dan mengahangatkannya dengan tangan kosong.
“Kau harus melepas sarung tanganmu di musim yang dingin ini?! Kedengarannya menyusahkan.” Itu adalah salah satu cara untuk terkena radang dingin. Walaupun Tuuli dan Ayah saling bergantian, menghangatkan rantingnya dengan tangan kosong, itu adalah sesuatu yang buruk. “Tidakkah kau bisa menunggu hingga siang hari? Bukankah akan lebih mudah jika sudah lebih panas?”
“Tidak, Tidak… Kau hanya bisa mengambil Parue sebelum siang menjelang.” Tuuli memberikan parue yang sudah kosong kepada ayah dan mengambil parue yang ketiga. Dia menusuk lubang lagi ke buahnya dan mulai mengeluarkan jusnya. “Ketika hari sudah siang, dan matahari menyinari hutan, dedaunan pohon parue akan mulai bersinar, dan pohonnya akan bergoyang, dan dedaunannya akan mengeluarkan suara shasha shasha.”
Er…. Dedaunannya bersinar, pohonnya bergoyang dengan sendirinya, dan mereka mengeluarkan suara shasha shasha ? Apa? Meskipun Tuuli sudah menjelaskannya, aku masih tidak bisa membayangkannya.
“Ketika daunnya mulai mengeluarkan suara, pohon parue akan mulai meregang ke arah matahari. Mereka menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan pohon-pohon yang ada di hutan dan mereka akan bergoyang seperti perempuan yang mengibaskan rambut mereka. Seperti, shuu shuu, shasha shasha…”
“…. Mereka meregang dan mulai bergoyang-goyang?”
“Uh huh. benar. Cahayanya akan mengenai rantingnya ketika dia bergoyang, dan semua buah yang tidak kita ambil akan terlempar, kayak pang! Ketika semua buahnya habis, pohon parue akan mengecil kayak mencair, dan kemudian menghilang.”
“Buahnya terlempar, dan kemudia pohonnya menghilang….? Pohon yang sangat aneh.” Itu adalah pendapatku tentang pohon itu. Pohon yang aneh. Imajinasiku masih belum bisa memvisualisasikan kejadian itu.
“Oke, selesai. Ingin mencobanya?” Tuuli menuangkan sebagian besar jusnya kedalam toples, tapi menyisakan sedikit di dalam mangkuk. Dia meminum 2 tegukan dan memberikan mangkuknya kepadaku.
Aku mengambil 2 tegukan juga seperti Tuuli. Rasa manis dan kental memenuhi mulutku dan instingku langsung membuat bibirku tersenyum hingga ke telinga. ini…. Inilah rasa kebahagiaan! Bentuknya sama seperti santan kelapa!
Ketika aku ingin meminumnya lagi, Tuuli berkata, “Kita tidak memiliki banyak jus buahnya, jadi kita harus sangat, sangat, sangat menjaganya. Jangan habiskan sekaligus.”
Oke, oke, aku tidak akan meminumnya.
“Ayah, apa kau akan menghancurkan yang ini juga?” Tuuli memegang tas kain dan mengintip di dalamnya.
“Yep” kata ayah sambil menghancurkan parue sedikit demi sedikit dengan alat penekan. Minyak parue bisa digunakan untuk memasak dan bahan bakar lampu, yang sepertinya membuatnya terasa seperti minyak zaitun.
“Tuuli, aku ingin lihat.” Aku mengintip ke dalam tas, ingin melihat bagaimana bentuk parue ketika minyaknya sudah diekstrak. Di dalamnya terlihat sesuatu yang mirip okara, yaitu makanan jepang yang terbuat dari ampas kedelai. Baunya sangat manis.
“Baunya sangat manis. Apakah kita benar-benar tidak bisa memakannya?” Aku mencelupkan tanganku ke dalam tas itu dan mencoba mengambil beberapa dan masukkan ke dalam mulutku.
“Myne! Itu makanan burung!” Tuuli dengan cepat menyingkirkan tas itu dariku dan menyuruhku untuk memuntahkan apa yang sudah kumakan, tapi aku mengunyahnya secara perlahan.
Ampas parue kering itu terasa kasar dan tidak semanis yang tercium. Intinya, aku paham kenapa itu tidak dianggap makanan bagi manusia. Tapi itu bisa digunakan seperti okara. Aku mengambil beberapa ampas itu dan memasukkannya ke dalam mangkuk jus buah untuk membuatnya basah.
“Apa yang kau lakukan, Myne?”
“… Kurasa ini bisa dimakan kalau aku buat begini.”
“Kan sudah kukatakan, itu makanan burung! Itu bukanlah sesuatu untuk dimakan manusia.”
Aku mengangguk dan memasukkannya ke dalam mulutku. Rasanya ternyata cukup enak. Jika aku mencampurkan ampasnya dengan jusnya, dan masukkan beberapa telur dan susu, aku mungkin bisa membuat okara pancake.
“…“Uh huh. Enak.”
“Itu tidaklah enak!” Aku memasukkan ampas buah parue yang dicampur dengan jusnya ke dalam mulut Tuuli. Awalnya dia berteriak “Apa yang kau lakukan?!” tapi setelah beberapa saat. Dia mulai mengunyahnya dan menampilkan expresi berbeda.
“Oke, ayo pergi.”
Tuuli dan aku pergi ke rumah Lutz. Rumah mereka berada di lantai 6 di dalam kelompok bangunan melingkar yang tepat berhadapan dengan rumah kami. Aku berusaha sekuat mungkin untuk naik turun 2 pasang tangga untuk menukarkan ampas parue demi beberapa telur. Agak sulit untuk naik ke lantai 6 setelah turun dari rumahku yang 5 lantai.
….. Aku akan membuat pancake untuk mereka setelah bertukar. Eheheh.
“Permisi”
“Lutz, ini. Kita datang untuk menukar ini dengan telur.” Aku memegang tas itu dengan senyuman, tapi Lutz sedikit cemberut.
“Kita sudah punya makanan binatang yang cukup. Mau menukarnya dengan daging? Saudara-saudaraku selalu mencurinya dariku.”
Semua orang menghabiskan waktu mereka di dalam rumah sepanjang waktu, jadi sudah wajar jika mereka mencuri makanannya. Lutz mengeluh tentang bagaimana dia yang selalu lapar setiap saat. Tuuli memberikan senyuman simpati dan berkata “Sangat susah untuk melawan mereka ketika mereka jauh lebih besar darimu,” tapi beneran, aku kasihan padanya karena selalu lapar setiap saat.
Aku mengarahkan tasku padanya, berharap bisa menyelesaikan masalahnya. “Oke, Lutz. Mengapa kau tidak makan ini saja?”
“Siapa yang mau makan makanan burung?!” Reaksinya sesuai harapan. Mereka semua tidak memakannya layaknya okara.
“…Ini bisa dimakan jika kau mengolahnya dengan benar.”
“Hah?”
“Ini tidak bisa dimakan karena kau mengeluarkan semua jusnya. Rasanya sangat enak jika kalian mengolahnya dengan baik, bahkan ampasnya.”
Lutz, menatap Tuuli dengan tidak percaya. Dia pasti berpikir bahwa tidak ada orang di dunia ini yang mau memakan makanan burung.
“Benarkah?! Itu boros tau! Benar kau bisa makan parue begitu saja, tapi lebih efisien jika kau membuatnya menjadi jus, minyak dan makanan burung! tak seorangpun yang menghabiskan parue ketika mereka mendapatkannya. Aku tidak percaya seseorang akan memakannya begitu saja setelah bersusah payah mendapatkan buah parue. Tidak ada seseorang yang begitu bodoh untuk melakukan hal itu, Myne! Kurasa, Kecuali kau!”
Um…. Aku tidak memakannya sendirian loh. Mungkin begitulah satu-satunya cara yang dia mengerti? Aku menaruh tanganku ke dagu dan memikirkan tentang balasan Lutz yang kejam. “Kau punya cukup makanan burung kan? maka dari itu, lebih baik kita memakannya.”
“tidakkah kau mendengarku! Ampasnya sangat kering, jadi tidak ada yang mau memakannya!”
“Mereka menjadi kering karena kita mengeluarkan semua minyaknya. Jika kau sedikit berusaha mengolahnya , mereka bisa dimakan.”
“Myne, kau tahu…” Lutz memperlihatkan isyarat bahwa dia tidak akan mengubah pikirannya.
Aku harus menggunakan sedikit paksaan seperti yang ku lakukan pada Tuuli untuk mengubah pikirannya. Dia pasti akan mengerti setelah memakannya. Aku mengeratkan tanganku dengan tekad, siap untuk melakukan rencanaku, tiba-tiba Tuuli berkata.
“Um, Lutz. Aku tahu kalau itu susah dipercaya, tapi mereka bisa dimakan. Itu. um… Itu terasa sangat enak sehingga membuatku terkejut.”
“Tunggu, benarkah? Dia membuatmu memakan makanan burung, Tuuli?!” Lutz melihat Tuuli dengan simpati.
“Hey jangan mengejeknya, dia bilang kalau itu enak rasanya. Kurasa kau akan mengerti jika kau merasakannya sendiri. Apa kau punya jus buah yang tersisa Lutz?”
Aku masuk kedalam rumah Lutz dan menaruh ampas kita ke dalam mangkuk. Aku kemudian mencampurnya dengan 2 sendok teh jus buah Lutz. Setelah mengetes rasanya, aku mengangguk. Rasanya benar-benar enak.
“Buka mulutmu, Lutz.”
Mungkin karena dia melihat aku makan beberapa, dia dengan malu-malu membuka mulutnya. Aku taruh jus yang bercampur dengan ampas itu ke dalam mulut nya. Dia menutup mulutnya, mengunyahnya sedikit, lalu membuka matanya dengan lebar.
“Lihat? Manis dan enak kan?” Aku membusungkan dadaku dengan percaya diri, bangga dengan diriku ketika tiba-tiba kakak-kakak Lutz berhenti menonton dari kejauhan dan langsung mengerumuni kami.
“Manis?”
“Enak?”
“Benarkah? Aku ingin coba, Lutz.”
Kakak-kakaknya langsung mencelupkan jari mereka ke dalam mangkuk. Tidak peduli seberapa kerasnya Lutz mencoba untuk menyembunyikan mangkuk itu atau lari, mereka masihlah lebih besar darinya. Dia bahkan tidak bisa menghindari mereka.
“Hey, lepaskan! Jangan angkat aku! Kakak macam apa kalian yang selalu mencuri barang-barang adiknya?!”
“Barangmu adalah barangku.”
“Bagikan makanan enakmu dengan yang lain, Lutz.”
“Baiklah! Aku mengerti!”
Perlawanan Lutz sia-sia. 3 kakaknya menahannya dan mencuri mangkuk itu. Mereka semua memasukkan jari mereka ke dalam mangkuk dan dalam sekejap. Habis sudah. Jika setiap makanannya berakhir seperti ini, aku mengerti mengapa dia selalu mengeluh.
“Aaaaah! Parueku!”
“Enak. Apakah ini beneran makanan burung?”
Kakak-kakak Lutz mengabaikan tangisannya dan melihat kearahku, membuka lebar matanya karena terkejut sama seperti Lutz tadi. Ini mungkin kesempatanku.
“Aku bahkan bisa membuat sesuatu yang lebih bagus.”
“Benarkah?!”
Mereka semua termakan umpanku. Meskipun awalnya mereka merasa jijik karena memakan makanan burung, sekarang mereka malah ketagihan. Mungkin saja karena mereka lapar.
“…Ah, tapi aku butuh bantuan. Karena aku sangat lemah.”
“Baiklah serahkan padaku.” Lutz dengan antusias merentangkan tangannya. Mendorong kakak-kakaknya ke belakang.
“Kau tidak akan merasakan itu sendirian, Lutz. Kita juga akan membantu Myne.”
“Ya, ya. Aku lebih kuat dari Lutz.”
“Yey! Oke, aku ingin kalian bertiga menyiapkan panci logam untuk memanggang. Lutz bisa menyiapkan bahan-bahannya dan Ralph bisa mencampurnya. Oh. Dan akan tidak adil jika hanya menggunakan jusnya Lutz, jadi mari kita gunakan sedikit dari masing-masing punya kita. Ayo, keluarkan jusnya. Jangan sembunyikan.”
Aku menepuk tanganku sembari Lutz dan kakak-kakaknya mengikuti perintahku. Aku sangat kecil dan lemah untuk melakukannya, jadi aku membiarkan 3 laki-laki lapar ini untuk mengerjakannya untukku,
“Lutz, bisakah kau mengambil 2 telur dan susu? Ralph, campur mereka dengan spatula. Zasha dan Sleg, panaskan pancinya di perapian.”
Lutz menyiapkan bahan-bahan untukku dan aku taruh satu per satu ke dalam mangkuk. Ralph mulai mencampurnya dengan menggunakan spatula kayu. Zasha dan Sleg ada di belakang kita sedang memanaskan panci di perapian.
“Oke, itu sudah cukup. Lutz, apa kau punya mentega?”
Lutz mengambil beberapa mentaga, aku menyendoknya dengan sendok dan menaruhnya ke atas panci setelah menaiki kursi yang tinggi. Menteganya mendesis diatas panci dan meleleh, membuat aroma yang harum.
Aku kemudian menggunakan sendok besar untuk menuangkan “adonan” yang sudah Ralph campurkan di dalam mangkuk. Adonan itu mendesis, masak-masak, aroma menteganya kini sudah bercampur dengan aroma manis parue. Semenjak aku menggunakan ampas yang seperti okara dan bukannya terigu, adonan itu berubah lebih menjadi kue datar dibandingkan pancake, tapi bentuknya sudah sama seperti dengan yang kuharapkan.
“Dan begitulah cara membuatnya. Apakah kalian ingin membuatnya lagi?” Setelah memperlihatkan mereka cara membuatnya, aku turun dari kursi dan membiarkan mereka yang melakukan semuanya. Mereka sudah tahu cara untuk membuatnya, jadi mereka langsung meminjam alat memasak dariku dan membuatnya sendiri.
“Ketika mereka terlihat mengembung berarti mereka sudah siap. Kau harus membalik yang satu itu sekarang,”
“Baik.” Zasha membalikkan adonan itu dan itu terlihat matang dengan sempurna. Aku mendengar mereka semua menelan ludahnya.
“Angkat yang satu itu kesamping. Kau bisa memasak yang satunya lagi di panci yang kosong.” Ketika adonan itu sudah cukup matang, dia mengangkat adonan itu kesamping dan memasukkan mentega dan adonan baru di atas panci. Setelah aku memastikan kalau mereka matang dengan semputna, kita memindahkannya dari panci ke atas piring. Menumpuknya satu demi satu.
“Tadaaa! (Pancake Okara Sederhana)!” aku memegang piring itu dan membusungkan dadaku dengan percaya diri sekali lagi.
Tapi sepertinya kataku tidak dimengerti oleh mereka. Melihat bagaimana cara Lutz menatapku. “..Apa? Katakan lagi?”
“Ummm….. Kue Parue sederhana..” Kue Parue yang hangat dibariskan di sepanjang meja, mengeluarkan aroma manis dan terlihat sangat enak.
“Ayo makanlah, Tapi hati-hati, itu masih panas.” Aku mengambil gigitan kecil dan mengunyahnya perlahan. Kue parue itu sangat enak sehingga benar-benar mengejutkanku. Kue itu sangat empuk dan tidak kasar atau kering sama sekali, tidak seperti makanan burung. Mungkin karena jus parue di dalamnya, kue itu terasa sangat manis walau tanpa selai.
“Hey, Lutz. Ini sangat mudah untuk dibuat, kan? Dan bukankah mereka mengenyangkan?”
“Iya. Myne, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Kau sangat hebat.”
Banyak orang yang datang ke rumah Lutz untuk menukar telur, mereka mempunyai ampas buah parue yang cukup banyak, dan berkat burung-burungnya, mereka bisa memiliki telur yang banyak. Mereka bisa menukar telur dengan susu juga. Jadi mereka bisa membuat kue parue sepanjang musim dingin.
“Sekarang kau bisa menghabiskan musim dinginmu dengan perut yang penuh.”
“Yup!” Lutz memakan kue parue dengan gembira. Selagi aku memandangnya yang sedang makan, beberapa resep yang menggunakan okara muncul dikepalaku.
“Aku tahu cara lain untuk menggunakan ampas parue, tapi aku terlalu lemah untuk membuatnya sendirian.”
“Aku akan membuatnya untukmu jika kau beri tahu aku caranya. Karena sekarang kau telah mengajariku tentang membuat makanan enak ini, kau sudah kuanggap sebagai dewa, jadi, ya. Aku akan membantumu, Myne.”
Awalnya semua ini dimulai ketika Lutz dan kakak-kakaknya membuatkan makanan untukku yang mana untuk membuatnya menggunakan kekuatan yang besar. Aku mengajarkan mereka resepnya dan merasakan hasilnya. Lutz dan kakak-kakaknya makan makanan itu dan jadi kenyang. Itu adalah hubungan timbal balik yang sangat baik.
–Litenovel–
–Litenovel.id–
Comments