Honzuki no Gekokujou Volume 1 Chapter 6 Bahasa Indonesia – Anak-anak Laki-laki di lingkunganku Bahasa Indonesia
Honzuki no Gekokujou: Shisho ni Naru Tame ni wa Shudan wo Erandeiraremasen
Volume 1 Chapter 6 Bahasa Indonesia – Anak-anak Laki-laki di lingkunganku
Anak-anak Laki-laki di lingkunganku
Translator : Wabbaj4ck
Profreader : Another Chan
Ibu pergi bekerja, meninggalkan Tuuli dan aku sendirian di rumah. Tentu saja, itu berarti Tuuli menjadi satu-satunya sumber informasi yang tersedia bagiku.
“Tuuli, apakah kamu tahu di mana (kertas) dijual?”
“Apa yang kamu katakan, Myne?”
“Aku bilang (kertas) … Ah!”
Tuuli memiringkan kepalanya, kepangnya bergerak, gerakan itu terasa sangat familiar. Dia membuat ekspresi yang sama ketika aku mengatakan kata-kata Bahasa jepang yang dia tidak mengerti. Aku tidak tahu bagaimana mengatakan “kertas” menggunakan Bahasa di dunia ini.
Oh tidak …! Aku seharusnya bertanya kertas itu apa pada pemilik pegadaian kemarin! “Um, Tuuli, kamu tidak tahu apa itu (kertas)?”
“Maaf. Aku tidak tau. Kata itu kedengarannya agak lucu.”
Aku menurunkan bahuku dan menghela nafas berat. Sebenarnya, mencari toko yang menjual kertas bukanlah satu-satunya masalahku. Aku juga tidak tahu di mana aku bisa mendapatkan pena atau pensil. Melihat keadaan rumahku dan keadaan anakronistis kota, aku ragu kalau aku akan menemukan pena ballpoint atau pensil mekanik di mana saja. Bisa saja pulpen itu sendiri belum diciptakan.
Lalu, apa yang harus aku gunakan sebagai alat tulis? Dan bagaimana aku bisa mendapatkan alat seperti itu? Apa pun itu, halanganku yang paling besar adalah kurangnya uang dan kekuatan fisikku yang diperlukan untuk mencari barang itu. semuanya tidak akan mudah bagi aku.
“Aaaah! Aku tidak percaya Ayah melupakan ini!” Aku mendengar Tuuli berteriak dari dapur dan pergi untuk menyelidikinya. Dia memegang sebuah…. bungkusan.
Seingatku, Ayah berkata pada Ibu “siapkan itu untukku, aku membutuhkannya di tempat kerja” tadi pagi ketika dia masih mengantuk, yang mana itu membuat Ibu kesal karena dia selalu sibuk di pagi hari dan ayah sama sekali tidak memperingatkannya. Ibu bahkan pergi keluar untuk menemukan barang itu untuknya, dan ayah malah melupakannya. Darahku menjadi dingin ketika memikirkan betapa marahnya Ibu jika dia mengetahui hal ini.
“Tuuli, Ibu pasti akan marah, kan? bukankah kamu bisa pergi memberikan itu kepada Ayah? ”
“Kamu juga berpikir begitu? Tapi, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian, Myne”
Tuuli meninggalkanku di kamarku untuk membersihkan piring, tapi aku menyelinap keluar dari kamar dan mulai menangis. Aku pergi ke pasar dengan Ibu, tapi aku malah pingsan. Keyakinan keluargaku terhadapku telah mencapai titik terendah dan tampaknya Tuuli bahkan tidak akan mempertimbangkan meninggalkanku sendirian di rumah.
“Tapi Ayah akan mendapatkan masalah tanpa barang itu, kan?”
“Myne, kamu bisa berjalan sampai ke gerbang?” Tuuli memutuskan untuk membawaku bersamanya daripada meninggalkanku sendiri. Aku sedikit gugup, mengingat apa yang terjadi ketika aku pergi ke pasar, tetapi aku lebih takut akan betapa marahnya Ibu nanti.
Aku mengepalkan tanganku untuk menunjukkan tekadku. “Aku…, Aku akan melakukan yang terbaik.”
“Ayo pergi, kalau begitu.”
Aku mengenakan beberapa lapis pakaian, seperti yang aku lakukan saat berbelanja dengan Ibu. Lapisan pakaian itu bukanlah usahaku untuk tampil modis, itu sepenuhnya merupakan upaya untuk mencegahku kedinginan. Aku memiliki beberapa pakaian dirumahku, diantaranya adalah: dua pasang pakaian dalam, dua baju wol, sweater wol, dua celana panjang wol, dan dua kaus kaki wol. Saat aku pergi keluar, aku memakai semuanya.
“Tuuli, lapisan baju ini sangat berat, aku hampir tidak bisa berjalan.”
“Tapi kamu harus memakai semuanya untuk menutupi semua celah. Siapa yang tahu dari mana angin akan bertiup. Kamu bisa demam dengan sangat cepat, Myne, jadi kamu harus memakai semua baju yang ada.”
Aku kira Tuuli akan lebih memaafkan daripada Ibu, tetapi rasa tanggung jawabnya yang kuat mencegahnya membiarkanku pergi keluar tanpa menggunakan baju yang mampu membuatku sehangat mungkin. Aku menyerah dan mengenakan semuanya, tetapi hal itu benar-benar membuatku sulit untuk bergerak.
Tuuli tidak memakai banyak lapisan karena dia anak yang sehat. Belum lagi dia punya banyak stamina karena sering ke hutan bersama anak-anak lain dan ibu sering menyuruhnya untuk hal-hal di sekitar kota.
Aku tidak memiliki stamina dan kecepatan. Yang aku miliki hanyalah pakaianku yang sangat berat.
“Apakah kamu baik-baik saja, Myne?”
“Haaah, haaah … Jika, kita… melambat …” Sama seperti terakhir kali, aku akan kehabisan nafas saat kami mencapai anak tangga paling bawah. Karena itu, aku terus berjalan dengan kecepatan langkahku sendiri. Aku hanya akan membuat segalanya menjadi lebih sulit bagi Tuuli jika aku memaksa diriku untuk mempercepat kecepatanku dan kemudian pingsan. Sangat penting bagiku jika aku perlahan membuatnya bisa percaya padaku.
… tapi serius, sangat sulit untuk berjalan di atas batu besar. batu Itu bergelombang dan aku akan jatuh jika aku tidak memperhatikan kakiku. Aku memegang tangan Tuuli dan membiarkannya membimbingku sementara aku mengarahkan semua perhatianku ke kakiku.
“Hah? Hey, Tuuli! Apa yang kamu lakukan di sini? ”
Aku mengangkat kepala setelah mendengar ada suara anak laki-laki terdengar dari kejauhan. Tiga anak laki-laki berlari ke arah kami, membawa keranjang beserta dengan busur dan anak panah. Rambut mereka sangat warna-warni yaitu merah, emas, dan merah muda. Agak sulit untuk berpaling dari kepala mereka.
mereka semua mengenakan pakaian abu-abu muda, diwarnai dengan lumpur dan sedikit cipratan makanan. Baju itu menunjukkan bahwa mereka semua mengenakan baju pemberian dari seseorang, dan menilai dari seberapa mirip baju mereka dengan apa yang kita kenakan, aku bisa menebak bahwa kita semua sama-sama miskin.
“Ah, Ralph! Hai Lutz, Fey! ” Tuuli tampak cukup ramah, jadi Myne mungkin menghabiskan waktu bersama mereka di masa lalu. Aku menggosok pelipisku dan berpikir keras, mencari-cari di dalam ingatannya. Mmm … Ah, itu mereka. Hah. Aku kira mereka tinggal di lingkungan kita.
Ralph seusia dengan Tuuli. Dia memiliki rambut merah dan merupakan yang tertinggi dari ketiganya. Dia semacam pemimpin bagi anak-anak lain, banyak dari mereka memandangnya sebagai semacam kakak laki-laki.
Fey juga setua Tuuli. Dia memiliki rambut merah muda dan memiliki wajah orang iseng yang paling nakal di dunia. Mungkin karena dia takut akan tidak sengaja menyakiti Myne yang lemah dan sakit-sakitan, dia biasanya menjaga jarak dari myne. Myne tidak memiliki banyak kenangan tentang dia.
Lutz adalah adik Ralph dan memiliki rambut pirang keemasan. Kami seumuran. Dia biasanya berusaha bersikap seperti kakak laki-laki yang tangguh di sekitar Myne, yang menurutku super imut. Seperti anak kecil yang bertingkah agar terlihat lebih tinggi.
Tuuli umumnya pergi ke hutan bersama mereka, dan tampaknya mereka membawa Myne beberapa kali. Ingatan itu jauh lebih jelas daripada ingatan yang lain.
Sementara aku menggali ingatanku lebih dalam, Tuuli dengan penuh semangat berbicara kepada Ralph. “Ayah lupa sesuatu, jadi kita mau berjalan ke gerbang. Apakah kalian bertiga mau pergi ke hutan, Ralph? ”
“Ya. Tapi ayo kita sama-sama pergi sampai di gerbang. ”
Senyuman Tuuli yang berseri-seri ketika dia berbicara dengan Ralph memperjelas bahwa merawatku adalah beban yang besar baginya. Itu masuk akal. Pergi ke hutan bersama semua orang pasti lebih menyenangkan daripada mengasuhku dirumah.
Um … Maaf karena telah menjadi adik perempuan yang buruk. Tetapi demamku sudah hilang selama beberapa hari terakhir, jadi aku pikir Kamu sudah bisa keluar. Maksudku, pergi keluar dan bantu aku mencari toko yang menjual kertas, jika kamu baik hati.
Langkah berjalan Tuuli melonjak cepat begitu dia bergabung dengan Ralph dan yang lainnya. Karena kami berpegangan tangan, dia pada dasarnya menyeretku yang ada di belakangnya sehingga aku tersandung.
“Oh, tidak, tidak, tidak!” Tuuli berhenti di depanku, jadi aku tidak jatuh sepenuhnya, tetapi aku jadi berlutut.
“Maaf, Myne. Apakah kamu baik-baik saja? ”
“… Uh huh.” Aku tidak kesakitan, tetapi sulit untuk berdiri setelah jatuh ke tanah. Aku ingin pergi tidur sebentar. Agak sulit untuk bernapas, pikirku sebelum seseorang mengulurkan tangan.
“Hei, Myne. Ingin aku menggendongmu? ”
… Lutz, kamu anak yang baik sekali! Aku mencari di dalam ingatan Myne dan melihat bahwa karena Ralph dan Fey selalu memperlakukannya seperti anak kecil, ia mencoba bertindak seperti kakak lelaki tangguh di sekitar Myne walaupun usianya sama. Dia akan membawa barang-barangnya, melindunginya setiap kali dia kelelahan, dan melakukan segala hal yang membuatnya tampak seperti seorang pria muda yang baik dengan masa depan yang cerah. Ditambah lagi aku jauh lebih familiar dengan rambut pirang daripada rambut merah muda atau hijau, jadi dengan berada di sekitarnya menenangkanku secara mental.
“Myne, kamu sakit lagi baru-baru ini, kan? Kasian. Sini aku gendong kamu. ” Aku menghargai niat baik Lutz. Tetapi meskipun aku lebih kecil darinya, dia masih seusiaku. Aku merasa tidak enak membuatnya menggendongku, dan aku khawatir dia akan roboh di bawahku. Perdebatan internalku tentang apakah aku harus terima atau tidak permintaan Luts segera mengganggu Ralph dan diapun melepas barang-barangnya.
“Kita tidak akan pernah sampai ke hutan jika Lutz yang menggendongnya. Sini Myne, aku akan menggendongmu. Lutz, ambil busurku. Fey bisa membawa keranjangku. ”
“Ralph …” Lutz menatap Ralph dengan sedikit frustrasi. Mungkin dia merasa bahwa perbuatan baiknya dihiraukan.
“Kau sangat cepat mengkhawatirkanku dibanding mereka, Lutz. Kamu benar-benar anak yang baik. Terima kasih. Kebaikanmu sudah membuatku bahagia.” Aku tersenyum cerah dan meremas tangan Lutz sambil menghujani dia dengan pujian.
Lutz, yang tampaknya puas bahwa seseorang telah mengenali apa yang telah dilakukannya, tersenyum dengan malu-malu dan diam-diam mengambil busur Ralph.
“Baiklah, ayo.”
“Uh huh. Terima kasih, Ralph.” Aku berjalan ke Ralph dan merangkak ke punggungnya, yang agak lebih besar dari punggung Tuuli. Sangat menyedihkan jika seorang anak laki-laki harus menggendongku, tetapi gadis kecil sepertiku tidak perlu malu. Tidak Perlu!
Ralph mulai berjalan kedepan denganku dipunggungnya. Kota itu terlihat sangat berbeda ketika aku menjadi lebih tinggi dengan berada di punggung Ralph. Untuk lebih spesifik, aku sebelumnya menghabiskan hampir seluruh waktuku dengan berfokus pada bebatuan yang ada di bawah kakiku, tetapi sekarang aku bisa melihat ke depan dan melihat semua bangunan yang jauh. Bukan hanya itu, tetapi karena dia berjalan dengan langkahnya yang cepat, bangunan-bangunan kota melintas lebih cepat.
“Wow, sangat tinggiiiii! Jadi cepaaaaat! ”
“Jangan terlalu bersemangat, oke? Kamu akan sakit lagi. ”
“Uh huh. Aku akan berhati-hati. ”
Meski begitu, anak laki-laki yang sering membawa pulang kayu bakar pastilah kuat. Dia memiliki banyak otot untuk anak seusianya. Tidak ada teman sekelas di sekolah dasarku di jepang yang mirip dengan dia. Meskipun itu bukanlah perbandingan yang adil mengingat perbedaan lingkungan hidup kita dan perbedaan genetik.
Penting juga bahwa aku tidak membandingkan kota ini dengan lokasi yang ada di Jepang. Aku seharusnya tidak menghakimi orang-orang ini karena banyak kotoran yang sering mengalir melalui selokan, atau bagaimana keledai mereka selalu pup ketika mereka berjalan di jalanan … H-Hei, ini bukan berarti aku mau memperhatikan hal-hal jorok ini! Semua hal ini sangat berbeda dari apa yang sering aku lihat di Jepang sehingga mataku selalu tertuju pada hal-hal kotor itu!
Kami pasti sedang melewati jalan pengrajin, karena, toko-tokonya tidak seperti yang ada di pasar, aku tidak bisa melihat keseluruhan lantai pertama dari toko-toko itu. Mereka memamerkan dagangan mereka dengan menggunakan jendela kaca, tetapi toko-toko di sekitar sini hanya memiliki satu plang yang tergantung di pintu. Bukan hanya itu, tetapi semua bangunan yang ada disini tampak serupa dan warnanya sama. Jika bukan karena itu, kotoran-kotoran yang berserakan tidak akan terlalu menonjol dan mataku tidak akan tertarik ke hal itu. Itu bukan salahku!
“Ralph, kamu baik-baik saja? Myne tidak terlalu berat? ” tanya Tuuli, menatap bolak-balik antara Ralph dan aku dengan tatapan khawatir di matanya.
Ralph sedikit mengguncang dirinya untuk menyesuaikan posisiku di punggungnya sebelum dia sedikit memalingkan muka. “Aku baik-baik saja. Myne sangat kecil dan ringan sehingga aku nyaris tidak bisa merasakannya. Dan kamu akan mendapatkan masalah jika dia sakit karena berjalan, kan?” Menilai dari ekspresi dan nada suaranya yang malu, dia mungkin ingin membantu Tuuli. Atau dengan kata lain, dia ingin Tuuli merasa bersyukur kepadanya.
Ohoho, Ralph mudaku yang manis. Apakah kamu menyukai Tuuliku? Mereka mengatakan bahwa jika kau ingin mengalahkan jenderal, kau harus terlebih dahulu mengalahkan kudanya. Mmm, aku tidak keberatan jika menjadi kudanya. Teruslah tumbuh, romansa muda! Tentu saja, itu hanya imajinasiku.
Tiba-tiba Ralph kemudian mengambil kepang Tuuli dan mencium baunya, lalu berkata, “Tuuli, aku tidak tahu kenapa, tapi baumu cukup harum.”
Apa kamu, protagonis manga shoujo?! Aku tidak bisa menahannya jadi aku hanya berjkata dalam hatiku. Maksudku, Tuuli menjawab dengan mengatakan, “Benarkah? Terima kasih…”sambil tersipu. Siapa yang bisa menyalahkanku?
Mereka berdua sangat muda sehingga aku ragu kalau mereka benar-benar jatuh cinta, tetapi di dunia tanpa buku sebagai hiburan, aku ingin kalian memaafkanku karena berfantasi sedikit di kepalaku. Aku tidak pernah mengalami romansa dalam hidupku meskipun sedikit lagi lulus kuliah, namun disini ada Tuuli yang berusia enam tahun yang memancarkan romansa muda. Aku tidak bisa tahan untuk sedikit berkhayal tentang hal itu.
Aku tahu apa yang kalian pikirkan, YA, Kalian…. tetapi jangan katakan itu. “Mungkin kamu akan lebih populer dengan anak laki-laki jika kamu tidak hanya membaca buku seharian dan hidup dalam fantasi sepanjang hari.” Keluargaku dan bahkan tetanggaku Shuu mengatakan hal yang sama persis kepadaku. Aku tidak ingin mendengarnya. Shuu sangat bodoh. Bodoooooh!.
Ketika aku berada di tengah-tengah mengingat rasa frustrasi yang aku rasakan ketika menjadi Urano, kisah cinta masa kecil antara Tuuli dan Ralph berubah menjadi cinta segitiga.
“Itu benar. Baumu harum. ”
“Biar kulihat.”
Fey dan Lutz keduanya condong ke arah Kepang Tuuli dan mengendus. Jika mereka semua adalah laki-laki dan perempuan pada usia yang cukup, mereka pasti sedang berusaha untuk mendapatkan hati Tuuli.
“Rambutmu juga sangat halus. Kamu apakan rambutmu? ”
Eheheheh. Harum kaan? Baik. Puas dengan ekspresi terkejut di wajah mereka, aku mengangguk berulang kali.
Aku sedang dalam proses meningkatkan kebersihan rumahku. Aku mengeringkan bunga-bunga yang berbau harum dan menaruhnya di kotak pakaian kami, aku menyuruh Ibu merebus air yang kami gunakan untuk memasak sebelum menggunakannya, aku menyeka tubuh Tuuli ketika kami “mandi” bersama, dan aku menyikat rambutnya setelah menggunakan ramuan minyak di atasnya. Tampaknya hasil kerja kerasku sudah mulai terlihat.
Meskipun aku sudah terbiasa dengan segala hal yang berbau busuk di kota ini, Ralph dan yang lainnya masih sedikit bau. Aku tidak akan mengatakannya dengan keras karena Ralph berusaha keras untuk menggendong aku, tetapi aku benar-benar ingin menggosok mereka semua dengan sabun. Sangat memalukan bahwa rumah kami hanya memiliki sabun hewan untuk digunakan dalam membersihkan furnitur dan pakaian, tidak ada sabun herbal untuk mencuci tubuh dan meninggalkan bau yang enak. Aaah … Aku ingin sabun yang berbau harum.
Ketika aku sedang bermimpi tentang sebuah dunia yang tidak berbau, Lutz mengambil rambutku. Dia menarik napas dalam-dalam, seperti yang dia lakukan kepada Tuuli. “Kamu harum juga, Myne.” Lutz tersenyum hangat sambil menatap langsung padaku dengan mata hijau gioknya.
Oh … Oh tidak! Lutz memiliki skema warna yang kuat! Rambut pirang keemasan dan mata hijau giok, membuatnya tampak seperti pria yang sangat keren dan tampan!
“Plus, kamu terlihat jauh lebih manis sekarang karena kamu menjepit rambutmu ke belakang dan aku bisa melihat wajahmu lebih baik.”
Hyaaaah! Pukulan terakhir! Meskipun dia anak kecil, aku merasa sangat malu! Aku tahu dia tidak melakukannya dengan sengaja, tapi karena dia sangat baik! Tolong hentikan! Aku mungkin agak tua, tetapi aku belum pernah mengalami hal seperti ini! Aku tidak tahu harus berbuat apa!
Aku membeku di tempat dan panik. Semua orang sudah membicarakan tentang apa yang ingin mereka temukan di hutan, atau berapa lama lagi salju akan mulai turun. Fakta bahwa Lutz membual tentang dia sudah menjadi lebih baik dalam memanah meskipun dia sudah membuatku panik seperti ini pada akhirnya membuatku menjadi lebih panik. Tuuli mengucapkan terima kasih kepadanya, tetapi aku hanya bisa membeku karena terkejut. Jantungku masih berdebar kencang.
Apakah normal bagi anak-anak berusia lima tahun untuk melakukan hal-hal seperti itu di sini?! Um, ada apa dengan dunia ini ?! Aku adalah seorang gadis muda Jepang yang memiliki hati yang pemalu, ini terlalu berlebihan bagiku!
–Litenovel–
–Litenovel.id–
Comments