Honzuki no Gekokujou Volume 1 Chapter 2 Bahasa Indonesia – Kehidupan yang Baru Bahasa Indonesia
Honzuki no Gekokujou: Shisho ni Naru Tame ni wa Shudan wo Erandeiraremasen
Volume 1 Chapter 2 Bahasa Indonesia – Kehidupan yang Baru
Menjelajahi Rumahku
Tiga hari telah berlalu sejak aku menjadi Myne. Itu adalah tiga hari yang sangat menegangkan. Aku selamat dari beberapa penyiksaan yang brutal tanpa menangis.
Pertama-tama, aku mencoba menyelinap keluar dari tempat tidurku untuk mencoba mencari buku di sekeliling rumah, tetapi Ibu menemukanku dan memaksaku kembali ke tempat tidur. Dia menjadi sangat marah. Aku mencoba beberapa kali untuk melarikan diri tetapi selalu saja gagal. Yup selalu gagal. Dan itu menjadi sangat buruk sehingga dia akan mengembalikanku ke tempat tidur setiap kali dia melihatku kecuali ketika aku menggunakan kamar mandi!
Pada akhirnya, aku tidak mendapatkan kesempatan untuk mencari buku. Bukan hanya itu, meskipun menggunakan toilet adalah satu-satunya kebebasan yang ditawarkan kepadaku, itu juga merupakan perjuangan yang sangat mengerikan. “Kamar mandi” di tempat ini adalah sebuah pispot yang ada di sudut kamar.
Dan lebih buruk lagi, Myne tampaknya belum bisa menggunakan toiletnya sendiri sampai sekarang, jadi aku harus buang air kecil sementara diawasi oleh anggota keluargaku. Tidak peduli seberapa banyak aku berteriak, “Aku bisa melakukannya sendiri! Tidak usah liat-liat!”, mereka tetap tidak mau bergerak. Mereka malah jadi marah kepadaku, dan menanyakan apa yang akan aku lakukan jika kencingku melenceng kemana-mana.
Aku akhirnya menggunakan pot sambil menangis, dan percaya atau tidak, Tuuli memujiku. “Wow, Myne! Kamu menjadi sangat pandai dalam hal ini. Dengan begini kamu akan dengan segera dapat melakukannya sendiri,” katanya. Aku bisa menghargai bahwa dia bahagia untuk adik perempuannya yang sedang tumbuh dewasa, tetapi harga diriku, martabat, dan harga diri sebagai seorang manusia hancur berantakan.
Ngomong-ngomong, keluargaku tidak hanya menggunakan pispot untuk buang air, tapi mereka bahkan membuang ‘isinya’ ke luar jendela. Gila nggak tuh.
Untuk mengganti pakaian juga merupakan sebuah perjuangan. Aku mencoba melakukannya sendiri, tetapi ayahku, yang mana belum terlalu aku kenali, mengambil alih dan membantuku mengganti pakaianku. Itu sangat memalukan sampai-sampai aku benar-benar mulai menangis, aku bersikeras untuk melakukannya sendiri, tetapi dia berpikir kalau aku hanyalah sedang berulah. Benar-benar tidak bisa dipercaya.
Sejak ayah asli ku sudah meninggal dunia ketika aku masih muda, aku tidak benar-benar mengerti bagaimana harus berinteraksi dengan seorang ayah. Meskipun ingatan Myne mengatakan bahwa aku mencintainya, aku hanya bisa melihatnya sebagai seorang pria berotot yang tampak kejam. Dia sangat giat berkat bekerja sebagai seorang prajurit, dan semua perlawananku dianggap sepele oleh kekuatannya.
Tiga hari berturut-turut aku kalah dengan keluargaku mengakibatkan hati polosku dan rasa Maluku menjadi tercabik-cabik.
Aku adalah seorang gadis muda. Keluargaku harus merawatku. Ini adalah hal lumrah. Jika aku tidak berpikir seperti itu, aku akan mati saja! Aku tidak tahan lagi! Hidup ini sudah keterlaluan! begitulah aku menjerit di dalam kepalaku, tetapi situasiku ini benar-benar tidak bisa tertolong. Bahkan jika aku lari dari rumah, seorang gadis yang lemah dan sakit-sakitan sepertiku tidak akan bisa melakukan apa pun sendiri. Aku hanya akan berakhir berlari-lari di jalan mencari tempat mandi, berteriak ngeri di tengah hujan deras, sampai akhirnya aku mati karena kelaparan.
Meskipun mungkin terdengar seperti disini tidak ada apa-apa selain kegagalan. Aku mempunyai keuntungan tersendiri. Sebagai contohnya, setelah buang air besar, aku meminta Tuuli untuk menyeka tubuhku dengan kain hangat setiap hari dan dia mau melakukannya. Maksudku, jika aku akan tetap dilucuti, mengapa aku tidak menyuruhnya membersihkanku? Aku benar-benar tidak tau malu disini.
Aku penasaran jika orang-orang di dunia ini suka saling menyeka tubuh mereka satu sama lain. Tuuli menatapku dengan sangat aneh setiap kali dia melakukannya, tapi aku merasa hebat. Air panas di ember berakhir kotor pada hari pertama, tetapi akhir-akhir ini selalu lebih jernih. Konon, kepalaku masih gatal. Aku tahu kami tidak punya sampo, tapi aku mengingikannya.
Ada hal lain yang berhasil aku dapatkan: sisir rambut untuk menyatukan rambutku! Aku meminta sebuah tongkat kayu untuk kubuat menjadi sisir agar rambutku yang panjang dan lurus tidak kemana-mana, dan Tuuli benar-benar membuatkan satu untukku dari sepotong kayu.
Ya, hal pertama yang aku lakukan adalah menemukan boneka Tuuli dan bertanya apakah aku bisa mematahkan kakinya, yang mana membuatnya menangis. Aku merasa tidak enak tentang itu. Tapi untuk pembelaanku, meskipun boneka itu sangat berharga baginya, tapi boneka yang dibuat dengan potongan-potongan yang diukir dari kayu oleh Ayah dan pakaian yang dijahit oleh Ibu, boneka itu hanya tampak seperti mainan murahan bagiku. Aku tidak tahu kalau itu sangat penting.
Bagaimanapun. Aku menggulung rambutku menjadi sanggul, tetapi Tuuli mengatakan kepadaku bahwa hanya orang dewasalah yang memakai rambut seperti itu, jadi aku memilih gaya rambut Half-up. Budaya di dunia ini tentu berbeda.
Aku selalu saja mempermalukan diriku sendiri setiap hari, jadi satu-satunya hal yang tersisa yang bisa ku lakukan adalah bangkit dan memperbaiki keadaan ini semampuku. Untuk itu, aku butuh buku.
Langkah pertama untuk meningkatkan kehidupanku di sini adalah mendapatkan buku. Dengan buku, aku tidak keberatan menghabiskan seluruh hidupku di tempat tidur, dan aku bisa berurusan dengan aspek kehidupan yang lebih keras. Aku bisa, dan aku akan melakukannya.
Jadi, aku memutuskan untuk menjelajahi rumahku dengan menggunakan segala cara. Aku sudah tidak membaca buku dalam waktu yang cukup lama dan gejala-gejalanya mulai terlihat. Tidak akan lama sebelum aku akan mulai berteriak, “Buku, beri aku bukuuuu! Waaah! ” sambil menangis dan menggapai-gapai.
“Myne, kamu sudah tidur?” Tuuli membuka pintu dan memasukkan kepalanya. Setelah melihat bahwa aku sedang berbaring diam di tempat tidur, dia mengangguk pada dirinya sendiri dengan puas.
Selama tiga hari terakhir, aku terus-menerus keluar dari tempat tidurku setelah bangun dan mencoba untuk mencari buku, sehingga Ibu dan Tuuli – yang merawatku hampir sepanjang waktu – benar-benar harus berjaga-jaga. Tuuli khususnya sangat ingin membuatku untuk tetap di tempat tidur sementara Ibu sedang bekerja sepanjang hari, karena dia telah dipercaya untuk mengasuhku. Tubuh kecilku tidak mampu mengalahkan Tuuli, tidak peduli seberapa keras aku mencoba melarikan diri.
“Suatu hari, aku akan (naik) keluar dari sini.”
“Apa itu, Myne?”
“… Mmm? Aku hanya mengatakan bahwa aku tidak sabar untuk tumbuh dewasa. ”
Tuuli, tentu saja tidak menyadari maksud sebenarnya di balik kata-kata alamiahku, dan memberikan senyuman. “Kamu akan menjadi jauh lebih besar setelah penyakitmu hilang. Kamu sakit sepanjang waktu, jadi Kamu jarang makan. Terkadang orang berpikir Kamu masih berusia tiga tahun meskipun Kamu sudah lima tahun. ”
“Bagaimana denganmu, Tuuli?”
“Aku berumur enam tahun, tetapi banyak orang berpikir aku berusia tujuh atau delapan tahun, jadi aku pikir aku akan baik-baik saja.”
Kami lahir satu tahun terpisah dan ada banyak perbedaan di antara kami? Sepertinya kenaikanku mungkin akan menjadi sedikit lebih sulit dari yang aku kira. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan membersihkan tempat ini, makan dengan hati-hati, dan menjadi sehat dalam waktu singkat.
“Ibu pergi kerja, jadi aku akan mencuci piring. Jangan bangun dari tempat tidur, oke? Apa pun yang terjadi. Kamu tidak akan sehat jika kamu tidak tidur, dan jika kamu tidak sehat, kamu tidak akan tumbuh. ”
Aku berpura-pura bersikap baik untuk hari ini, agar melonggarkan penjagaan Tuuli, diam-diam aku menunggu di tempat tidur sampai dia pergi.
“Oke, aku pergi dulu ya. Jadilah anak yang baik saat aku pergi. ”
“Okeeee.” Aku memberi Tuuli jawaban yang dia inginkan dan dia menutup pintu kamar.
Heh … Heh heh heh …! Sekarang, aku harus bergegas keluar.
Aku diam-diam menunggu Tuuli untuk mengumpulkan piring ke dalam keranjang dan membawanya keluar. Aku tidak tahu di mana dia mencuci piring, tetapi aku tahu dia biasanya pergi ke luar selama tiga puluh menit ketika mencucinya. Rumah kami tidak memiliki air, jadi aku bisa memperkirakan bahwa ada sumber air yang dipakai bersama di luar sana di suatu tempat. Aku mendengar denting kunci dan kemudian mendengarkan ketika langkah kaki Tuuli menghilang dari tangga.
Okeeeee … Waktunya berburu. Tuuli pasti memiliki beberapa buku bergambar di rumah ini. Aku pasti akan menemukan buku-buku itu dalam waktu singkat jika aku mulai mencarinya. Pastinya. Tidak mungkin ada rumah tanpa buku di dalamnya. Aku mungkin tidak akan bisa membaca buku itu, tetapi aku akan bisa membayangkan apa yang terjadi dari gambar-gambarnya dan menebak apa arti kata-katanya.
Begitu langkah kaki Tuuli benar-benar lenyap, aku diam-diam menyelinap keluar dari tempat tidur. Aku mengernyit sedikit setelah kakiku menyentuh lantai. Lantai itu dipenuhi tanah dan terasa kotor. Keluargaku yang membuatnya kotor karena mereka berjalan-jalan di dalam rumah menggunakan sepatu kotor mereka, dan meskipun aku takut berjalan di atasnya dengan kaki telanjang, Tuuli mengambil sepatu kayuku untuk mencegahku keluar dari tempat tidurku. Aku tidak punya pilihan lain.
Ya … Menemukan buku lebih penting daripada menjaga kakiku tetap bersih.
Tempat tidur yang telah mengunciku selama berhari-hari karena demamku yang tak henti-henti memiliki keranjang yang didalamnya diisi dengan mainan anak-anak yang terbuat dari kayu dan jerami, tetapi tidak ada buku. “Akan jauh lebih mudah bagiku jika mereka ada di sini …”
Aku bisa merasakan kotoran tanah menyentuh bagian bawah kakiku setiap kali aku berjalan. Itu normal di keluarga ini untuk tetap memakai sepatu di rumah, jadi aku tahu tidak ada gunanya aku mengeluh. Aku mengetahuinya, tetapi aku tidak bisa menahan diri.
“Bisakah seseorang membawakanku sapu dan lap, tolong?” Tentu saja, tidak ada yang akan menanggapi panggilanku ini, dan tidak akan ada sapu maupun kain yang akan muncul secara tiba-tiba entah dari mana.
“Ngggh! Apakah aku berada dalam masalah? ” Bagiku, rintangan terbesar untuk menjelajahi rumah ini adalah pintu kamar. Aku bisa mencapai pegangan pintu jika aku meregangkan tubuhku dengan kuat, sangat kuat, tetapi sebenarnya untuk memutarnya jauh lebih sulit daripada yang aku bayangkan.
Aku mencari sesuatu yang bisa aku gunakan sebagai tumpuan di sekeliling ruangan, dan kulihat ada kotak besar yang berisi pakaianku. “Hmmn …!” Aku tidak akan memiliki masalah untuk memindahkannya jika aku masihlah Urano, tetapi tanganku sangat kecil sekarang sehingga aku tidak bisa membuatnya bergerak, tidak peduli seberapa keras aku mendorong. Aku mulai berpikir untuk membalikkan keranjang berisi mainan itu dan berdiri di atasnya, tapi aku sepertinya cukup berat sehingga mungkin akhirnya akan membuat kotak itu hancur.
“Aku harus tumbuh cepat. Ada banyak hal yang tidak bisa aku lakukan dengan tubuh ini. ”
Aku melihat ke sekeliling ruangan, dan setelah memikirkan apa yang bisa aku gerakkan, aku memutuskan untuk menambahkan selimut orang tuaku untuk digunakan sebagai kursi pijakan. Aku benci meletakkan selimutku sendiri di lantai kotor ini, tetapi karena orang tuaku terbiasa hidup di kotoran ini, aku yakin mereka tidak akan keberatan jika aku menggunakan selimut mereka. Pastinya. Um … Maaf, Bu. Ayah. Aku akan melakukan segala cara jika tidak ada buku didepan mataku, walaupun nantinya aku akan dimarahi.
“Oof.” Aku menggunakan selimut yang sudah dikusut sebagai injakan dan entah bagaimana berhasil memutar gagang pintu kamarku dengan menggunakan semua usahaku.
Pintu terbuka dengan mengeluarkan derit. ke arahku.
“Buh ?!”
Aku telah menarik gagang pintu dengan berat tubuh ku, dan pintu melesat ke arah ku. Aku buru-buru melepaskannya sebelum pintu itu mengenai kepalaku, tapi sudah terlambat. Aku jatuh ke belakang dan menggulung di atas selimut setelah terjatuh ke lantai dan bunyi gedebuk yang keras.
“Oooow …” Aku berdiri, memegang kepalaku, dan melihat bahwa setidaknya pintu itu tetap terbuka. Nyeri kepala ini adalah pengorbanan demi mendapatkan buku.
Aku menyelinap di celah yang terbuka dan mendorong pintu itu sampai terbuka lebar, dan menggeser selimut orang tuaku ke lantai. Sepertinya bagian lantai yang disapu selimut itu tiba-tiba menjadi lebih bersih, tapi aku pura-pura tidak melihat apa-apa. Aku tidak bermaksud membuat selimut itu lebih kotor.
Aku … aku benar-benar minta maaf.
“Oh, ini dapurnya.” Aku meninggalkan kamar dan melihat ada dapur di luarnya. Ya, itu tidak terlalu mewah untuk disebut dapur. Itu terlihat seperti tempat dimana kalian dapat gunakan untuk memasak, tetapi hanya untuk jika kalian terpaksa karena tidak ada tempat lain untuk bisa digunakan untuk memasak.
Ada meja yang kecil di tengah ruangan dengan dua kursi berkaki tiga dan sebuah kotak panjang yang mungkin juga berfungsi sebagai tempat duduk. Di sebelah kanan ada lemari yang memiliki pegangan, mungkin ada piring-piring yang tersimpan di dalamnya. Dinding yang paling dekat dengan kamar tidur memiliki paku dan di situ tergantung pot logam, sendok, dan wajan. Ada tungku di dekat mereka yang mungkin berfungsi sebagai kompor. Ada tali yang terhubung antara dua dinding dan ada kain kotor menggantung disitu – kain itu tampak sangat kotor sehingga mungkin membuat apa pun yang kain itu sentuh menjadi lebih kotor.
“Yuuuck. Aku rasa aku tahu kenapa aku bisa sakit sepanjang waktu. ”
Sudut di seberang tungku memiliki kendi air besar dan baskom air seperti wastafel. Seperti yang diharapkan, tidak ada air yang mengalir. Sebagai tambahan, ada keranjang besar berisi kentang, bawang, dan produk makanan lainnya. Ada banyak hal yang tidak aku kenali, jadi mungkin saja kentang itu bukan kentang yang aku ketahui.
“Hm? Yang ini … semacam alpukat. Aku penasaran apakah aku bisa mengekstrak minyak darinya? ” Aku melihat-lihat buah-buahan yang ada dan menemukan satu buah yang menarik perhatianku. Jika aku bisa mengambil minyak darinya, aku mungkin bisa melakukan sesuatu pada kepala aku yang gatal ini.
Ibuku dari masa Urano dulu punya kebiasaan untuk terobsesi dengan satu hal yang random. Dia bisa digambarkan sebagai orang aneh karena satu alasan. Dia akan membuat apa pun yang ada di depannya pada saat itu menjadi titik fokus hidupnya: Acara TV tentang menghemat uang, artikel majalah tentang hidup alami, kegiatan asing di pusat budaya, apa pun. Dia selalu menyeretku bersamanya, dia mengatakan “Dia ingin aku tertarik pada sesuatu selain buku,” tetapi aku tahu dia hanya mau terlibat dengan hal-hal yang membuatnya tertarik. Tidak punya pilihan lain, aku selalu mengikutinya setiap waktu, dan berkat itu aku mungkin telah belajar cukup banyak untuk membuat sampo sendiri.
…Terima kasih IBU. Aku mulai berpikir jika aku mungkin bisa bertahan di sini. Terdorong oleh temuanku, aku melihat sekeliling ruangan dan melihat ada dua pintu selain pintu kamar.
“Eheh. Pintu kiri atau kanan, mau hadiah yang mana? ” Dapur tidak sepertinya tidak memiliki rak buku di mana pun. Aku melihat salah satu dari dua pintu itu sedikit terbuka, jadi aku membuka lebar pintu itu.
“Mmm, ruang penyimpanan? Sepertinya bukan. ” Itu adalah ruangan yang penuh dengan barang-barang yang aku tidak mengerti apa fungsinya. Ada rak-rak dengan barang-barang di atasnya, tapi itu benar-benar berantakan dan sepertinya bukan tempat yang akan memiliki rak buku.
Aku menyerah dan mencoba membuka pintu yang lainnya. Pintu itu membuat bunyi klik ketika aku menariknya, menandakan bahwa pintu itu terkunci. Aku mencoba membukanya selama beberapa menit tapi tidak membuahkan hasil. Pintunya tidak mau terbuka.
“…Tunggu. Apakah ini pintu yang barusan dilewati Tuuli? Apakah hanya ini pintunya?” Jika pintu ini memang mengarah ke luar, maka rumah kami tidak memiliki bak mandi, tidak ada toilet, tidak ada air mengalir, dan tidak ada rak buku. Tidak ada apa-apa. Tidak peduli seberapa keras aku melihat, aku tidak dapat menemukan kamar lain.
… Um, Dewa, apakah kamu membenciku? Apakah ini lelucon yang kejam? Aku meminta untuk dilahirkan kembali sehingga aku dapat terus membaca buku bahkan setelah aku meninggal. Aku tidak berniat untuk dipindahkan ke dunia lain dengan memiliki ingatan dan kebiasaan orang Jepang, dipaksa untuk tinggal di rumah tanpa bathtub, tanpa toilet, dan tanpa air. Aku mengira kamu pasti akan membawaku ke dunia yang dipenuhi dengan buku.
“… Mungkin buku-buku di sini sangat mahal?” Menurut pengetahuanku tentang sejarah, buku-buku itu dijual sangat mahal sebelum penemuan mesin cetak ditemukan. Mereka yang tidak terlahir dalam kehidupan yang kaya umumnya tidak akan pernah membaca satu buku pun dalam kehidupan mereka. Jika begitu, maka dunia ini bukanlah jenis dunia di mana kau memberi anak tetangga buku bergambar sebagai hadiah ulang tahun.
“Ngh, baiklah. Aku akan mulai membaca sebuah surat dulu. ” Aku tidak membutuhkan buku untuk mempelajari sistem penulisan dunia ini. Poster, koran, buku manual, kalender, dan segala macam hal secara alami memiliki kalimat tertulis di atasnya. Atau setidaknya mereka melakukannya di Jepang.
“…Tidak ada. Tidak ada surat di mana pun! Bahkan satu pun! ”
Aku telah berjalan di sekitar kamar mencari setiap rak dan lemari yang bisa aku temukan, tetapi tidak hanya aku tidak menemukan buku, aku bahkan tidak menemukan apa pun dengan satu huruf di atasnya. Aku tidak dapat menemukan surat atau kertas.
“Apa yang terjadi di sini?” Kepalaku mulai sakit, seolah-olah demam muncul dalam diriku entah dari mana. Jantungku berdenyut-denyut dan aku bisa merasakannya menjerit, katup nadiku mengencang. Aku jatuh ke tanah seperti boneka yang talinya sudah terpotong. Mataku seolah-olah terbakar.
Baiklah, aku dibunuh oleh buku. Tak ada yang bisa kulakukan. Pada dasarnya itu adalah impianku untuk mati dengan terkubur oleh buku. Baik. Dan memang benar bahwa aku sendiri telah meminta untuk bereinkarnasi. Aku mengerti semua itu.
… Tapi kau tahu, tidak ada buku di sini. Bahkan tidak ada surat. Bahkan kertas! Bisakah aku benar-benar tinggal di tempat seperti ini? Apakah aku punya alasan untuk hidup lagi?
Air mata menetes di pipiku. Aku tidak pernah sekalipun memikirkan dunia tanpa buku. Hal seperti itu tidak terduga bagiku. Namun di sinilah aku. Tidak dapat memikirkan satu alasan pun untuk hidup di dunia ini sebagai Myne, aku merasa isi perut ku menjadi kosong. Aku tidak bisa berhenti menangis.
“Myne! Kenapa kau tidak di tempat tidur ?! Jangan berjalan-jalan tanpa sepatumu! ” Tuuli tiba di rumah dan melihatku terkapar di lantai dapur, berteriak dengan mata birunya yang terbuka lebar karena marah.
“… Tuuli, tidak ada (buku)?”
“Apa yang salah? Apakah kamu baik – baik saja?”
“Tuuli, aku mau (buku). Aku ingin membaca (buku). Aku ingin sekali membacanya, tetapi tidak ada (buku). ”
Tuuli memanggilku, sangat khawatir, air mata menetes di pipiku. Tapi dia benar-benar terbiasa dengan dunia tanpa buku. Dia tidak akan mengerti rasa sakitku, tidak peduli apa yang ku katakan padanya.
… Apakah ada orang di luar sana yang bisa mengerti aku? Adakah yang tahu di mana aku bisa pergi untuk mendapatkan buku? Seseorang, beri tahu aku. Kumohon.
–Litenovel–
–Litenovel.id–
Comments